Sistem peradilan Tiongkok saat ini mulai terbentuk setelah berakhirnya Revolusi Kebudayaan (1978), dan reformasi peradilan yang dimulai pada tahun 2014 telah mempercepat evolusinya.
Dua hakim Mahkamah Agung Tiongkok (SPC) Lin Wenxue (林 文学) dan Zhang Lei (张磊) menerbitkan sebuah artikel berjudul “Perkembangan dan Harapan Sistem Administrasi Hakim di Tiongkok selama 40 Tahun Sejak Reformasi dan Keterbukaan” (改革开放 40 年 来 我国 法官 管理 制度 的 发展 与 展望) dalam “People's Judicature” (人民 司法) (No.34, 2018), meringkas proses pengembangan sistem pengadilan Tiongkok setelah 1978.
I. Persyaratan kualifikasi untuk juri
1. 1978-1995
Saat itu, tidak ada perbedaan antara hakim Cina dan pegawai negeri sipil organ administrasi, begitu pula keahlian khusus yang diperlukan untuk posisi yudisial. Dengan kata lain, siapa pun bisa menjadi hakim. Padahal, pada periode ini, hakim berasal dari empat kelompok utama: lulusan fakultas hukum, veteran militer, staf yang masuk ke pengadilan dari organ tata usaha, dan lulusan sekolah menengah atas yang direkrut oleh pengadilan.
2. 1995-2002
RRC Hakim Hukum diundangkan pada tahun 1995, menegaskan kualifikasi profesional hakim, yaitu hanya mereka yang telah lulus ujian kualifikasi yang dapat menjadi hakim. Untuk tujuan ini, SPC mengadakan empat ujian dalam sistem pengadilan nasional untuk memilih hakim yang memenuhi syarat.
3. 2002-2012
Pasca revisi UU Hakim pada 2002, hanya mereka yang lulus ujian nasional yang bisa menjadi hakim. Pada tahun 2003, Tiongkok mengadakan ujian yudisial nasional pertamanya, dan siapa pun yang ingin menjadi hakim, jaksa, atau pengacara harus lulus terlebih dahulu.
4. Setelah 2012
SPC mulai merencanakan reformasi peradilan pada tahun 2012 dan meluncurkannya pada tahun 2014. Sebagai bagian dari reformasi peradilan, SPC menetapkan sistem kuota hakim, di mana hanya mereka yang telah memperoleh kuota hakim yang dapat menyidangkan perkara, sedangkan yang belum dapat hanya berfungsi sebagai asisten peradilan atau tenaga administrasi di pengadilan. Sebelumnya, siapa pun di pengadilan yang telah lulus pemeriksaan yudisial dapat menjadi hakim dan mengadili perkara.
Untuk pembahasan rinci tentang sistem kuota juri, silakan lihat kami posting sebelumnya.
II. Penilaian kinerja para juri
1. 1995-2008
Mekanisme penilaian kinerja untuk hakim ditetapkan kembali dalam Undang-Undang Hakim pada tahun 1995. Sejak itu, hakim Cina berada di bawah tekanan penilaian kinerja. Pengadilan, pada bagiannya, telah membentuk komisi internal untuk pemeriksaan dan penilaian hakim. UU Hakim tahun 2002 dan UU Pegawai Negeri Sipil (2007) mengatur ketentuan yang lebih rinci tentang penilaian kinerja hakim.
2. 2008-2014
Sejak 2008, SPC mulai mewajibkan pengadilan di semua tingkat nasional menilai kinerja hakim secara kuantitatif dan secara bertahap menetapkan standar penilaian terpadu di seluruh negeri.
3. Setelah 2014
Setelah 2014, SPC mulai mengubah sistem penilaian kuantitatif. Namun, sistem tersebut ternyata berdampak pada keadilan, karena beberapa hakim berusaha terlalu keras, bahkan terkadang pola perilakunya terdistorsi, untuk memenuhi standar kuantitatif. Karena alasan ini, SPC membatalkan peringkat hasil penilaian di pengadilan dan hanya mempertahankan beberapa indikator kuantitatif (misalnya, apakah hakim menyelesaikan kasus dalam masa persidangan menurut undang-undang).
AKU AKU AKU. Keamanan kerja untuk hakim
1. Sebelum 2014
Sebelum 2014, meski UU Hakim menetapkan bahwa gaji dan pensiun para hakim akan ditentukan oleh aturan tersendiri. Namun, aturannya belum dirumuskan. Akibatnya, tunjangan hakim tidak terjamin.
2. Setelah 2014
Sebagaimana disebutkan di atas, setelah tahun 2014, pengadilan Tiongkok telah menetapkan sistem kuota hakim, di mana hanya mereka yang telah memperoleh kuota yang dapat menjadi hakim. Sejak itu, Tiongkok secara berturut-turut telah menetapkan mekanisme untuk promosi hakim, gaji, bonus, persidangan independen, dan perlindungan pribadi bagi mereka.
Namun demikian, masih terdapat beberapa kekurangan dalam keamanan kerja para hakim. Misalnya, saat ini tidak ada mekanisme untuk memastikan bahwa hakim tidak akan dimutasi secara sewenang-wenang dari jabatannya kecuali jika dilakukan secara sukarela atau karena alasan hukum. Selain itu, belum ada mekanisme khusus yang dibuat untuk pengunduran diri hakim.
IV. Disiplin yudisial
1. Sebelum 2014
Sebelum 2014, pengadilan Tiongkok telah membentuk mekanisme disiplin yudisial sejak 1998, yang mencakup aturan perilaku profesional dan prosedur disiplin. Pada saat itu, departemen pengawasan pengadilan tempat hakim bertugas akan menghukumnya karena melakukan pelanggaran.
2. Setelah 2014
Setelah 2014, SPC mengklarifikasi bahwa pengadilan tingkat tinggi di setiap provinsi (bukan di setiap pengadilan) memiliki kekuatan untuk mendisiplinkan hakim di wilayah tersebut, dengan komite disiplin internal untuk melakukannya. Mekanisme ini memungkinkan disiplin hakim agak jauh dari pengaruh otoritas lokal.
V. Komentar kami
Ketika babak baru reformasi peradilan Tiongkok dimulai pada 2019, sistem hakim akan menjadi salah satu titik fokus reformasi. Oleh karena itu, perubahan di bidang ini sangat mungkin terjadi dari waktu ke waktu. Kami akan terus mengamati.
Kontributor: Guodong Du